Monday, February 8, 2016

Wuxing (五行) - Dinamika Lima Unsur

Wuxing (Wuhang atau Ngoheng) disebut sebagai dinamika atau teori lima unsur yaitu Kayu, Api, Tanah, Logam, dan Air. Peranan Wuxing sangat penting didalam pekembangan filsafat Tionghoa yang sesungguhnya adalah juga ilmu pengetahuan dan kebudayaan Tionghoa itu sendiri.

Baca seluruhnya...

Sama halnya seperti nama Pandita Ratu Yu, nama Wuxing tidak pernah disinggung didalam Yi Jing (I Ching). Terdapat perbedaan pendapat yang mencolok antara kepercayaan tradisional dan para ahli sejarah. Kepercayaan tradisional mengakui bahwa Wuxing sudah dikenal bahkan sejak jaman Pandita Ratu Fuxi. Teori Wuxing sendiri ditemukan didalam kitab pengobatan Huang Di Nei Jing Su Wen. Huang Di atau Kaisar Kuning berkuasa dari 2698 - 2598 S.M. sebuah masa yang jauh sebelum Yi Jing dilahirkan. Akan tetapi para ahli sejarah meragukan pendapat tradisional ini dan mempercayai bahwa Nei Jing Su Wen ini bukan ditulis oleh Huang Di tetapi oleh orang lain dizaman antara dinasti Zhou dan Han (1111 - 220 S.M.) yang mendahului tanggalnya (antedates) agar nilai kitabnya menjadi bertambah.[15].

Seperti halnya Dai Ji, Liang Yi, Xi Siang, Ba Gua dan Enampuluhempat Heksagram yang tidak pernah dalam keadaan diam, demikian pula dengan Wuxing, yang dinamis sifatnya.

Sebagai sistem penggolongan, lima unsur tidaklah bermakna literal sebagaimana nama yang diberikan melainkan merupakan gaya-gaya yang berkwalitas Kayu, Api, Tanah, Logam, dan Air.
  • Sesuatu yang sesuai dengan pohon, yaitu tumbuh bergerak keatas digolongkan kedalam unsur Kayu.
  • Sesuatu yang sesuai dengan api, yaitu membakar, panas memancar keempat penjuru digolongkan kedalam unsur Api.
  • Sesuatu yang sesuai dengan tanah, yaitu tenang, padat, berat dan mengarah kedalam digolongkan kedalam unsur Tanah,
  • Sesuatu yang sesuai dengan logam, yaitu tajam menusuk, merusak dan berarah satu digolongkan kedalam unsur Logam.
  • Sesuatu yang sesuai dengan air, yaitu bergerak dengan bebas kearah bawah digolongkan kedalam unsur Air. 
Dengan demikian segala sesuatu, bentuk, sifat, fenomena, keadaan dan gerak perubahan, bisa digolongkan kedalam lima unsur.

I.12.1. Pola Aksi Wuxing

Diantara kelima unsur tersebut terdapat gaya-gaya yang berkerja satu terhadap yang lainnya sesuai dengan hukum-hukum alam. Hukum-hukum ini dapat dinyatakan oleh sebarisan pola-pola aksi. Pola-pola aksi yang dimaksud adalah pola aksi menghidupi (producing), menghabiskan (exhausting), merusak(destructing), dan mencederai (injuring) serta saling menguatkan (reinforcing).
  • Pola aksi menghidupi (producing) berlangsung menurut urutan siklus: Kayu menghidupi Api, Api menambah Tanah, Tanah menghasilkan Logam, Logam membentuk Air, dan Air menghidupi Kayu (pohon).
    • Lawan atau kebalikan dari pola aksi menghidupi (producing) adalah pola aksi menghabiskan (exhausting): Kayu menghabiskan Air, Air menghabiskan Logam, Logam menghabiskan Tanah, Tanah menghabiskan Kayu.
      • Pola aksi merusak (destructing) mengikuti siklus: Kayu membatasi (menembus) Tanah, Tanah membendung (atau mencemari) Air, Air memadamkan Api, Api melumerkan Logam, dan Logam memancung Kayu.
        • Lawan atau kebalikan dari pola aksi merusak (destructing) adalah pola aksi mencederai (injuring): Kayu menumpulkan Logam, Logam melemahkan Api, Api menguapkan Air, Air membanjiri Tanah, dan Tanah membatasi Kayu.
          • Pola aksi saling menguatkan (reinforcing) terjadi pada dua unsur yang sama: Kayu dengan Kayu, Api dengan Api, Tanah dengan Tanah, Logam dengan Logam, dan Air dengan Air.  
          Siklus Menghasilkan dan Menghabiskan
          Gambar 15. Siklus Menghasilkan dan Menghabiskan
          Siklus Merusak dan Mencederai
          Gambar 16. Siklus Merusak dan Mencederai
          Sama Unsur Saling Menguatkan
          Gambar 17. Sama Unsur Saling Menguatkan
          Teori lima unsur juga tercermin didalam pergerakan dinamis dari siklus empat musim. Setiap musim dikuasai oleh salah satu unsur dari lima unsur. Musim semi dikuasai oleh Kayu, musim panas oleh Api, musim gugur oleh Logam, dan musim dingin oleh Air sedangkan musim peralihan antar musim yaitu delapan belas hari terakhir dari setiap musim dikuasai oleh Tanah. Urut-urutan datangnya musim juga mengikuti siklus menghidupi (produces). Kayu (musim semi) menghidupi Api; Api menambah Tanah; Tanah menghasilkan Logam (musim gugur); Logam menghasilkan Air (musim dingin). Tanah tidak mengatur satu musim apapun tetapi memberikan sumbangan kepada semuanya (musim peralihan).

          I.12.2. Dinamika Penting Pola Aksi Lima Unsur

          Seperti halnya Yin dan Yang, didalam lima unsur juga terdapat pergerakan dan perubahan dinamis berdasarkan kekuatan dari unsur-unsur. Fenomena penindasan (destructing phenomenon) dan penindasan-balik (injuring phenomenon) muncul karena adanya kelebihan atau kekurangan salah satu unsur dari lima unsur. Dinamika dari fenomena ini seringkali mewujud secara serentak. Misalnya, oleh karena sesuatu dan lain hal pada suatu saat Kayu menjadi kuat atau berlebihan. Kayu ini bukan saja akan menindas Tanah (merusak dengan "kejam") tetapi juga akan menindas-balik (mencederai) Logam. Contoh lainnya adalah jika Kayu dalam keadaan kekurangan atau lemah maka pada saat yang bersamaan Kayu akan ditindas (dirusak dengan "kejam") oleh Logam dan bahkan akan ditindas-balik (dicederai) oleh Tanah. Fenomena ini tentu saja mengindikasikan keadaan (kecenderungan penyakit atau nasib) yang tidak baik dan harus ditanggulangi.
          Contoh fenomena penindasan (pengrusakan) dan penindasan-balik
          Gambar 18. Contoh fenomena penindasan (pengrusakan) dan penindasan-balik.

          Fenomena lain yang penting dalam dinamika lima unsur adalah fenomena produksi menekan pengrusakan yang merupakan sistem regulasi (kontrol otomatis) yang alamiah terhadap gangguan. Dalam fenomena ini, ketika mendapat gangguan, unsur yang terganggu akan berusaha lebih aktif berproduksi dibandingkan keadaan normalnya untuk mencegah unsur gangguan merusak dirinya. Hukum-hukum penyedian-pengrusakan secara lengkapnya dapat dinyatakan sebagai berikut:
          • Kayu menghidupi Api, Api melumerkan Logam yang memancung Kayu; 
          • Api menambah Tanah, Tanah membendung Air yang memadamkan Api; 
          • Tanah menghasilkan Logam, Logam memancung Kayu yang merusak Tanah;
          • Logam membentuk Air, Air memadamkan Api yang melumerkan Logam; 
          • Air menghidupi Kayu (pohon), Kayu merusak Tanah yang membendung Air.
          Contoh Fenomena Menghasilkan Lebih untuk Menekan Gangguan
          Gambar 19. Contoh Fenomena Menghasilkan Lebih untuk Menekan Gangguan.


          Kebalikan dari fenomena diatas adalah fenomena merusak menekan produksi (destructing more to suppress production) yang juga merupakan sistem regulasi (kontrol otomatis) alamiah, Dalam fenomena ini, ketika mendapat gangguan, unsur yang terganggu akan berusaha lebih aktif merusak dibandingkan keadaan normalnya untuk mengurangi pembentukan (production) unsur gangguan yang bisa merusak dirinya. Hukum-hukum pengrusakan-penyediaan secara lengkapnya dapat dinyatakan sebagai berikut:
          • Kayu merusak Tanah, Tanah menghasilkan Logam yang memancung Kayu;
          • Api melumerkan Logam, Logam menghasilkan Air yang memadamkan Api;
          • Tanah membendung Air, Air menghasilkan Kayu yang merusak Tanah;
          • Logam memancung Kayu, Kayu menghasilkan Api yang melumerkan Logam;
          • Air memadamkan Api, Api menambah Tanah yang membendung Air.
          Contoh Fenomena Merusak Lebih Untuk Menekan Gangguan
          Gambar 20. Contoh Fenomena Merusak Lebih Untuk Menekan Gangguan.
          Rujukan:
          1. Da Liu, I Ching Numerology, Harper and Row, San Francisco, 1979.
          1. Compiled by: Beijing, Shanghai, and Nanjing College of Traditional Chinese Medicine and The Accupuncture Institute of The Academy of Traditional Chinese Medicine, Essentials of Chinese Accupuncture, Foreign Language Press, First Edition, Beijing, 1980
          1. Tse Ching San, et al., Ilmu Akupunktur, Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 1985, Edisi 2
          1. Veith, Ilza, Huang Ti Nei Ching Su Wen, Translation, University of California Press, Berkeley, California, 1972, Third edition.

          No comments:

          Post a Comment

          Add Your Comment Here