Kekurangan dari formula Suriyayatra adalah penentuan tahun Adhikamasa/kabisat yang tidak akurat. Oleh karena itu, saya juga membuat Kalender Buddha Fase Bulan Sejati yang jauh lebih baik dibandingkan perhitungan Suriyayatra. Check it out!
Kalender Buddha Suriyayatra adalah kalender berjenis lunisolar arithmatis. Artinya perhitungan memakai siklus bulan dan matahari sedangkan kata arithmatis mengacu kepada jumlah hari dalam setiap bulan yang ditentukan secara arithmatika sama halnya seperti kalender masehi atau kalender jawa. Berikut adalah kalender Uposatha, Terang Gelap, dan Hari Raya Agama Buddha menurut perhitungan Suriyayatra.
Kalender Buddha Suriyayatra
Pilih Tahun:
Oleh karena panjang setahun siklus bulan lebih pendek dari matahari maka tipikal kalender lunisolar adalah terdapatnya interkalasi bulan atau bulan pengganjal tahun. Interkalasi harus dilakukan agar siklus bulan kembali sinkron dengan matahari.
Baca seluruhnya...
Jika dalam kalender imlek interkalasi bulan atau Lungwee bisa terjadi antara bulan 1 sampai 11 maka dalam kalender Buddha interkalasi selalu dipasang pada bulan Asalha (Asadha). Jadi pada tahun dimana terdapat interkalasi akan ada dua bulan Asalha dan biasanya dinamakan sebagai Asalha pertama dan Asalha kedua. Tahun dimana terdapat interkalasi bulan disebut tahun Adhikamasa.
Kalender Buddha memakai perhitungan Mahayuga. Satu mahayuga setara dengan 4.320.000 tahun atau terdiri dari 1.577.917.800 hari, jadi panjang satu tahun matahari menurut perhitungan mahayuga = 1.577.917.800 / 4.320.000 = 365.25875 hari. Angka ini berselisih 0.01656 hari dibandingkan dengan panjang satu tahun tropis (365.24219 hari) dan hampir sama dengan panjang satu tahun sideris yaitu 365.25636 hari.
(*) Satu tahun tropis atau satu tahun matahari adalah waktu yang diperlukan bumi mengitari matahari satu revolusi penuh yaitu interval waktu antara ekuinoks vernal dari tahun ke tahun. Tahun sideris adalah waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk berputar mengelilingi Matahari dalam sekali putaran terhadap bintang tetap. Oleh sebab itu, satu tahun sideris juga merupakan waktu yang dibutuhkan oleh Matahari untuk kembali ke posisi yang sama terhadap bintang tetap setelah mengelilingi ekliptika.
Karena panjang setahun matahari mahayuga adalah 365.25875 hari maka siklus bulan setiap tahunnya ketinggalan atau tekor sebesar 365.25875 - 354 = 11.25875 hari. Untuk menutupi kekurangan tersebut dalam kurun waktu 19 tahun (siklus meton) kalender Buddha harus menyisipkan 7 kali bulan tambahan (Asalha tambahan @ 30 hari)
Ternyata dalam kurun waktu 19 tahun masih ada selisih 3.91625 hari. Untuk menutupi kekurangan ini diperkenalkan konsep tahun Adhikavara yaitu tahun dimana bulan Jettha ditambah satu hari sehingga menjadi 30 hari. Penambahan tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu yang lebih panjang yaitu 57 tahun (3 kali siklus meton) sebanyak 11 kali.
Penyimpangan kalender Buddha terhadap tahun tropis selama 57 tahun adalah
Apabila periode 57 tahun kalender Buddha hendak disinkronkan dengan 57 tahun tropis, koreksi pengurangan 1 hari seharusnya diberikan setiap 292 tahun sekali. Koreksi ini penting agar dalam kurun waktu yang panjang kalender Buddha tidak terhanyut (drifted), agar kalender dan keadaan alam sebenarnya tidak berbeda terlalu jauh.
Pembaca umum tentu lebih mahfum dengan notasi tahun sejarah yaitu yang memakai imbuhan SM (Sebelum Masehi) untuk angka tahun negatif. Sistem tahun sejarah tidak mengenal tahun nol jadi sebelum tahun 1 M (Masehi) adalah tahun 1 SM (Sebelum Masehi). Namun ilmuwan eksakta lebih suka memakai notasi tahun astronomis yang mengenal tahun nol. Tabel 2 berikut menjelaskan hubungan kedua notasi yang dikaitkan dengan patokan tahun Buddha atau Era Buddha atau Buddhis Era (BE) dan Sebelum Buddhist Era (SBE).
Sebuah tahun Adhikamasa atau Adhikavara dapat ditentukan dengan formula Suriyayatra(1). Formula ini sesungguhnya diturunkan berdasarkan model tata surya yang disederhanakan yaitu model lingkaran jarum jam. Kerangka dari model ini bukanlah seperti kerangka model mekanika eliptikal keplerian, dan variasi kecepatan bulan dalam orbit tidak dipertimbangkan. Oleh karena itu selalu ada ketidakakuratan pada hari tertentu antara hasil dan pengamatan yang dibuat dengan teleskop (atau melalui penglihatan dengan mata telanjang) tentang kejadian yang sebenarnya. Akan tetapi model ini, dengan adhikamasa dan adhikavaranya, telah berhasil membuat kalender Buddha tetap sinkron dengan siklus periodik dari benda-benda langit dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Dengan formula Suriyayatra kita bisa menghitung kalender lunisolar aritmatikal Buddha Thailand, namun hasilnya tidak selalu sama dengan kalender resmi yang dikeluarkan karena kalender resmi Buddha Thailand tidak reguler sepanjang sejarahnya. Ada tahun-tahun dimana adhikavara harus ditentukan oleh Komisi Kalender Kerajaan dan keputusan komisi ini tidaklah sama dengan hasil perhitungan.
Prosedur penentuan adhikamasa dan adhikavara terdiri dari dua tahap. Tahap pertama menghitung besaran-besaran berdasarkan formula-formula atau rumus-rumus yang diberikan dan tahap kedua menentukan adhikamasa dan adhikavara memakai aturan-aturan yang diberikan. Prosedur perhitungan tahap pertama memakai konstanta-konstanta dan sebagian darinya bisa dijelaskan seperti berikut ini.
(*) Satu bulan synodic adalah waktu yang diperlukan bulan untuk mencapai fase visual yang sama.
Penyederhanaan hubungan antara hari matahari dan bulan menjadi bilangan-bilangan integer seperti diatas sangat diperlukan agar perhitungan bisa dilakukan secara manual oleh orang awam.
Berikut adalah contoh prosedur perhitungan tahap pertama untuk tahun 1963 Masehi (CS 1325)
Dan selanjutnya adalah prosedur tahap kedua yaitu menentukan adhikamasa dan adhikavara berdasarkan hasil-hasil diatas.
Pada contoh diatas untuk tahun CS 1325: Tahun tersebut bukan adhikamasa, jadi kita harus memeriksa adikavara. Kammacubala sama dengan 552 jadi bukan kabisat. Avoman sama dengan 61, jadi tahun memenuhi syarat sebagai adhikavara.
Sekarang jika kita telah mangetahui apakah sebuah tahun adalah adhikamasa, adhikavara atau reguler maka tanggal-tanggal uposatha bisa dirancang mengikuti Tabel 3 dan Table 4.
Meskipun demikian, hasil perhitungan kalender ini belum tentu sama dengan yang diputuskan oleh Komite Kalender. Mereka merencanakan beberapa tahun ke depan, dan mungkin menetapkan adhikavara kepada tahun yang berbeda untuk alasan yang tidak kita ketahui. Dalam dua dekade yang lalu (1977 - 1997), teramati setidaknya ada tiga tahun dimana adhikavara tidak reguler, dan tahun-tahun sesudahnya selalu sama dengan perhitungan rumus Suriyayatra(1).
(*)Adhikavara tunggakan artinya adalah bahwa tahun sebelumnya memenuhi persyaratan baik sebagai adhikamasa maupun adhikavara, jadi tahun tersebut tidak diijinkan untuk ditugaskan sebagai adhikavara, melainkan akan "dibawa" dan selanjutnya ditugaskan sebagai adhikavara kepada tahun berikutnya. Di Thailand, tahun adhikamasa (tahun dengan bulan Asalha tambahan) tidak diperkenankan untuk jatuh bersamaan dengan tahun adhikavara (tahun dengan penambahan satu hari pada bulan Jettha), sedangkan di Myanmar hal tersebut diperbolehkan.
Memperingati pertemuan spontan 1.250 Arahat kepada mereka Buddha memberikan nasihat mengenai dasar-dasar dari Disiplin (Ovada Patimokkha).
Vesakha Puja ('Hari Raya Buddha'): Tanggal 15 Visakha.
Memperingati kelahiran, pencerahan dan wafat dari Sang Buddha.
Asalha Puja ('Hari Raya Dhamma'): Tanggal 15 Asalha.
Memperingati kothbah pertama Buddha, diberikan kepada lima orang samana di Taman Rusa di Sarnath, dekat Varanasi. Tradisi Retreat (Vassa) Musim Penghujan dimulai pada hari berikutnya.
Hari Awal Vassa: Tanggal 16 Asalha.
Hari ini menandai awal dari tiga bulan masa Vassa (retreat).
Pavarana Day (Hari Akhir Vassa): Tanggal 15 Pavarana.
Hari ini menandai akhir dari tiga bulan masa Vassa (retreat). Selama bulan berikutnya, orang awam bisa menyumbangkan jubah Kathina sebagai bagian dari upacara sedekah umum.
Hari Awal Kathina = Tanggal: 16 Pavarana.
Hari Akhir Kathina = 15 Kattika;
2. Wikipedia. Buddhist Calendar
3. Wikipedia. Thai Lunar Calendar
Tabel 1. Nama Bulan dan Jumlah Hari Dalam Kalender Buddha | |||
---|---|---|---|
# | Bulan (Sansekerta) | Bulan (Pali) | Jumlah Hari |
01 | Caitra | Citta | 29 hari |
02 | Vaisakha | Visakha | 30 hari |
03 | Jyaistha | Jettha | 29 hari |
04 | Asadha | Asalha | 30 hari |
05 | Sravana | Savana | 29 hari |
06 | Bradapada | Bhaddapada | 30 hari |
07 | Asvina | Pavarana | 29 hari |
08 | Karttika | Kattika | 30 hari |
09 | Margasirsa | Magasira | 29 hari |
10 | Pausa | Phusa | 30 hari |
11 | Magha | Magha | 29 hari |
12 | Phalguna | Phagguna | 30 hari |
Total: 6 x (29+30) = | 354 hari | ||
Kalender Buddha memakai perhitungan Mahayuga. Satu mahayuga setara dengan 4.320.000 tahun atau terdiri dari 1.577.917.800 hari, jadi panjang satu tahun matahari menurut perhitungan mahayuga = 1.577.917.800 / 4.320.000 = 365.25875 hari. Angka ini berselisih 0.01656 hari dibandingkan dengan panjang satu tahun tropis (365.24219 hari) dan hampir sama dengan panjang satu tahun sideris yaitu 365.25636 hari.
(*) Satu tahun tropis atau satu tahun matahari adalah waktu yang diperlukan bumi mengitari matahari satu revolusi penuh yaitu interval waktu antara ekuinoks vernal dari tahun ke tahun. Tahun sideris adalah waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk berputar mengelilingi Matahari dalam sekali putaran terhadap bintang tetap. Oleh sebab itu, satu tahun sideris juga merupakan waktu yang dibutuhkan oleh Matahari untuk kembali ke posisi yang sama terhadap bintang tetap setelah mengelilingi ekliptika.
Karena panjang setahun matahari mahayuga adalah 365.25875 hari maka siklus bulan setiap tahunnya ketinggalan atau tekor sebesar 365.25875 - 354 = 11.25875 hari. Untuk menutupi kekurangan tersebut dalam kurun waktu 19 tahun (siklus meton) kalender Buddha harus menyisipkan 7 kali bulan tambahan (Asalha tambahan @ 30 hari)
19 tahun mahayuga = 19 x 365.25875 = 6939.91625
19 tahun Buddha = 19 x 354 + 7 x 30 = 6936
-----------------------------------------------------------
Selisih = 3.91625 hari.
19 tahun Buddha = 19 x 354 + 7 x 30 = 6936
-----------------------------------------------------------
Selisih = 3.91625 hari.
Ternyata dalam kurun waktu 19 tahun masih ada selisih 3.91625 hari. Untuk menutupi kekurangan ini diperkenalkan konsep tahun Adhikavara yaitu tahun dimana bulan Jettha ditambah satu hari sehingga menjadi 30 hari. Penambahan tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu yang lebih panjang yaitu 57 tahun (3 kali siklus meton) sebanyak 11 kali.
57 tahun mahayuga = 3 x 6939.91625 = 20819.74875
57 tahun Buddha = 3 x 6936 = 20808
------------------------------------------------------------
Selisih = 11.74875 atau 11 hari.
57 tahun Buddha = 3 x 6936 = 20808
------------------------------------------------------------
Selisih = 11.74875 atau 11 hari.
Penyimpangan kalender Buddha terhadap tahun tropis selama 57 tahun adalah
(20808 + 11) - (57 x 365.24219) =
20819 - 20818.80483 =
0.19517 hari.
20819 - 20818.80483 =
0.19517 hari.
Apabila periode 57 tahun kalender Buddha hendak disinkronkan dengan 57 tahun tropis, koreksi pengurangan 1 hari seharusnya diberikan setiap 292 tahun sekali. Koreksi ini penting agar dalam kurun waktu yang panjang kalender Buddha tidak terhanyut (drifted), agar kalender dan keadaan alam sebenarnya tidak berbeda terlalu jauh.
Patokan Tahun Buddha dan Notasi Tahun Astronomis
Secara tradisonal patokan tahun dari kalender Buddha adalah tahun Sang Buddha parinibbana yaitu 543 SM. Dalam artikel The Date of Birth of Prince Siddhartha Gautama, saya menghitung dan memperkirakan Sang Buddha parinibbana pada hari Senin tanggal 30 Mei 543 SM.Pembaca umum tentu lebih mahfum dengan notasi tahun sejarah yaitu yang memakai imbuhan SM (Sebelum Masehi) untuk angka tahun negatif. Sistem tahun sejarah tidak mengenal tahun nol jadi sebelum tahun 1 M (Masehi) adalah tahun 1 SM (Sebelum Masehi). Namun ilmuwan eksakta lebih suka memakai notasi tahun astronomis yang mengenal tahun nol. Tabel 2 berikut menjelaskan hubungan kedua notasi yang dikaitkan dengan patokan tahun Buddha atau Era Buddha atau Buddhis Era (BE) dan Sebelum Buddhist Era (SBE).
Masehi | 623 SM | .. | 544 SM | 543 SM | .. | 1 SM | 1 M | .. | 2016 M | .. |
Astronomis | -622 | .. | -543 | -542 | .. | 0 | 1 | .. | 2016 | .. |
Buddha | 80 SBE | .. | 1 SBE | 1 BE | .. | 543 BE | 544 BE | .. | 2560 BE | .. |
Formula Suriyayatra
Berhubung Shangha Theravada Indonesia saat ini memakai kalender Thailand sebagai acuan maka referensi utama dalam artikel juga berasal dari sana. Kecuali peringatan Waisak nasional yang ditentukan khas Indonesia yaitu secara astronomis, hari-hari peringatan yang lain memakai acuan kalender Thailand.Sebuah tahun Adhikamasa atau Adhikavara dapat ditentukan dengan formula Suriyayatra(1). Formula ini sesungguhnya diturunkan berdasarkan model tata surya yang disederhanakan yaitu model lingkaran jarum jam. Kerangka dari model ini bukanlah seperti kerangka model mekanika eliptikal keplerian, dan variasi kecepatan bulan dalam orbit tidak dipertimbangkan. Oleh karena itu selalu ada ketidakakuratan pada hari tertentu antara hasil dan pengamatan yang dibuat dengan teleskop (atau melalui penglihatan dengan mata telanjang) tentang kejadian yang sebenarnya. Akan tetapi model ini, dengan adhikamasa dan adhikavaranya, telah berhasil membuat kalender Buddha tetap sinkron dengan siklus periodik dari benda-benda langit dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Dengan formula Suriyayatra kita bisa menghitung kalender lunisolar aritmatikal Buddha Thailand, namun hasilnya tidak selalu sama dengan kalender resmi yang dikeluarkan karena kalender resmi Buddha Thailand tidak reguler sepanjang sejarahnya. Ada tahun-tahun dimana adhikavara harus ditentukan oleh Komisi Kalender Kerajaan dan keputusan komisi ini tidaklah sama dengan hasil perhitungan.
Prosedur penentuan adhikamasa dan adhikavara terdiri dari dua tahap. Tahap pertama menghitung besaran-besaran berdasarkan formula-formula atau rumus-rumus yang diberikan dan tahap kedua menentukan adhikamasa dan adhikavara memakai aturan-aturan yang diberikan. Prosedur perhitungan tahap pertama memakai konstanta-konstanta dan sebagian darinya bisa dijelaskan seperti berikut ini.
Lamanya satu Era Mahayuga adalah 800 Tahun | |
cEraTahun = | 800 Tahun |
cEraHari = | 800 x 365.25875 = 292207 Hari |
Hubungan antara hari matahari dan bulan adalah | ||
1 bulan synodic = | 29.53 hari | |
30 hari synodic = | 29.53 hari | |
1 Tithi (1 hari synodic) = | 29.53/30 hari | |
1 Tithi (pendekatan) = | 692/703 hari | |
703 Tithi = | 692 hari |
Penyederhanaan hubungan antara hari matahari dan bulan menjadi bilangan-bilangan integer seperti diatas sangat diperlukan agar perhitungan bisa dilakukan secara manual oleh orang awam.
cSiklusHari = | 692 hari |
cSiklusTithi = | 703 hari |
cDeltaTithi = | 703 - 692 = 11 hari |
Tabel 2. Berbagai Konstanta Dalam Formula Suriyayatra | ||
---|---|---|
Konstanta | Nilai | Keterangan |
cDeltaCS | 638 | Selisih Masehi - CS (Chulasakkarat) |
cEraTahun | 800 | Jumlah tahun dalam satu kurun |
cEraHari | 292207 | Jumlah hari dalam satu kurun |
cEraOffset | 373 | Ofset kurun Horakhun |
cUEraOffset | 2611 | Ofset kurun Uccabala |
cAEraOffset | 650 | Ofset kurun Avoman |
cUBasis | 3232 | Basis untuk 360° Uccabala |
cHariBulan | 30 | Jumlah hari dalam sebulan |
cSiklusHari | 692 | Jumlah hari dalam satu siklus |
cSiklusTithi | 703 | Tithi dalam satu siklus |
cDeltaTithi | 11 | Peningkatan Tithi harian |
cKDayInc | 800 | Kammacubala daily increase |
Berikut adalah contoh prosedur perhitungan tahap pertama untuk tahun 1963 Masehi (CS 1325)
Tahun_CS = | Tahun_Masehi - cDeltaCS |
Tahun_CS = | 1963 - 638 = 1325 |
a1 = | (Tahun_CS x cEraHari) + cEraOffset |
a1 = | (1325 x 292207) + 373 = 387174648 |
Horakhun = | int (a1 / cEraTahun) + 1 |
Horakhun = | int (387174648 / 800) + 1 = 483969 |
Kammacubala = | cEraTahun - (a1 mod cKDayInc) |
Kammacubala = | 800 - (387174648 mod 800) = 552 |
a2 = | (Horakhun * cDeltaTithi) + cAEraOffset |
a2 = | (483969 * 11) + 650 = 5324309 |
b = | int (a2 / cSiklusHari) |
b = | int (5324309 / 692) = 7694 |
Avoman = | a2 mod cSiklusHari |
Avoman = | 5324309 mod 692 = 61 |
Masaken = | int ((b + Horakhun) / cHariBulan) |
Masaken = | int ((7694 + 483969 / 30) = 16388 |
Tithi = | (b + Horakhun) mod cHariBulan |
Tithi = | (7694 + 483969) mod 30 = 23 |
Uccabala = | (Horakhun + cUEraOffset) mod cUBasis |
Uccabala = | (483969 + 2611) mod 3232 = 1780 |
Dan selanjutnya adalah prosedur tahap kedua yaitu menentukan adhikamasa dan adhikavara berdasarkan hasil-hasil diatas.
Aturan Adhikamasa
Sebuah tahun mungkin merupakan adhikamasa:- IF 24 >= Tithi <=29,
- OR 0 >= Tithi <= 5,
- THEN tahun mungkin adhikamasa.
- IF tahun berikutnya (tahun + 1) juga memenuhi persyaratan diatas,
- THEN tahun bukanlah adhikamasa, dan tahun berikutnya (tahun + 1) adalah adhikamasa.
Aturan Adhikavara
Tentukan terlebih dahulu apakah sebuah tahun adalah kabisat atau tidak:- IF Kammacubala <= 207,
- THEN tahun adalah kabisat.
- IF tahun adalah kabisat DAN Avoman <= 126,
- THEN tahun mungkin adhikavara.
- ELSE IF tahun adalah bukan kabisat DAN Avoman <= 137,
- THEN tahun mungkin adhikavara.
- IF tahun adalah adhikamasa,
- THEN tahun tidak boleh dijadikan adhikavara.
- ELSE IF terdapat adhikavara tunggakan* dari tahun sebelumnya,
- THEN tahun ini akan menjadi adhikavara.
Pada contoh diatas untuk tahun CS 1325: Tahun tersebut bukan adhikamasa, jadi kita harus memeriksa adikavara. Kammacubala sama dengan 552 jadi bukan kabisat. Avoman sama dengan 61, jadi tahun memenuhi syarat sebagai adhikavara.
Sekarang jika kita telah mangetahui apakah sebuah tahun adalah adhikamasa, adhikavara atau reguler maka tanggal-tanggal uposatha bisa dirancang mengikuti Tabel 3 dan Table 4.
Tabel 3. Tanggal Uposatha Tahun Reguler dan Adhikavara | |
---|---|
Musim Dingin (Hemantotu) | |
1 Magasira | 15 Magasira |
1 Phusa | 15 Phusa |
1 Magha | 15 Magha |
1 Phagguna | 15 Phagguna |
Musim Panas (Gimhotu) | |
1 Citta | 15 Citta |
1 Visakha | 15 Visakha |
1 Jettha | 15 Jettha |
1 Asalha | 15 Asalha |
Musim Hujan (Vassanotu) | |
1 Savana | 15 Savana |
1 Bhaddapada | 15 Bhaddapada |
1 Pavarana | 15 Pavarana |
1 Kattika | 15 Kattika |
Musim Dingin (Hemantotu) | |
1 Magasira | 15 Magasira |
1 Phusa | 15 Phusa |
Tabel 4. Tanggal Uposatha Tahun Adhikamasa | |
---|---|
Musim Dingin (Hemantotu) | |
1 Magasira | 15 Magasira |
1 Phusa | 15 Phusa |
1 Magha | 15 Magha |
1 Phagguna | 15 Phagguna |
Musim Panas (Gimhotu) | |
1 Citta | 15 Citta |
1 Visakha | 15 Visakha |
1 Jettha | 15 Jettha |
1 Asalha I | 15 Asalha I |
1 Asalha II | 15 Asalha II |
Musim Hujan (Vassanotu) | |
1 Savana | 15 Savana |
1 Bhaddapada | 15 Bhaddapada |
1 Pavarana | 15 Pavarana |
1 Kattika | 15 Kattika |
Musim Dingin (Hemantotu) | |
1 Magasira | 15 Magasira |
Meskipun demikian, hasil perhitungan kalender ini belum tentu sama dengan yang diputuskan oleh Komite Kalender. Mereka merencanakan beberapa tahun ke depan, dan mungkin menetapkan adhikavara kepada tahun yang berbeda untuk alasan yang tidak kita ketahui. Dalam dua dekade yang lalu (1977 - 1997), teramati setidaknya ada tiga tahun dimana adhikavara tidak reguler, dan tahun-tahun sesudahnya selalu sama dengan perhitungan rumus Suriyayatra(1).
(*)Adhikavara tunggakan artinya adalah bahwa tahun sebelumnya memenuhi persyaratan baik sebagai adhikamasa maupun adhikavara, jadi tahun tersebut tidak diijinkan untuk ditugaskan sebagai adhikavara, melainkan akan "dibawa" dan selanjutnya ditugaskan sebagai adhikavara kepada tahun berikutnya. Di Thailand, tahun adhikamasa (tahun dengan bulan Asalha tambahan) tidak diperkenankan untuk jatuh bersamaan dengan tahun adhikavara (tahun dengan penambahan satu hari pada bulan Jettha), sedangkan di Myanmar hal tersebut diperbolehkan.
Hari Raya Agama Buddha
Magha Puja ('Hari Raya Sangha'): Tanggal 15 Magha.Memperingati pertemuan spontan 1.250 Arahat kepada mereka Buddha memberikan nasihat mengenai dasar-dasar dari Disiplin (Ovada Patimokkha).
Vesakha Puja ('Hari Raya Buddha'): Tanggal 15 Visakha.
Memperingati kelahiran, pencerahan dan wafat dari Sang Buddha.
Asalha Puja ('Hari Raya Dhamma'): Tanggal 15 Asalha.
Memperingati kothbah pertama Buddha, diberikan kepada lima orang samana di Taman Rusa di Sarnath, dekat Varanasi. Tradisi Retreat (Vassa) Musim Penghujan dimulai pada hari berikutnya.
Hari Awal Vassa: Tanggal 16 Asalha.
Hari ini menandai awal dari tiga bulan masa Vassa (retreat).
Pavarana Day (Hari Akhir Vassa): Tanggal 15 Pavarana.
Hari ini menandai akhir dari tiga bulan masa Vassa (retreat). Selama bulan berikutnya, orang awam bisa menyumbangkan jubah Kathina sebagai bagian dari upacara sedekah umum.
Hari Awal Kathina = Tanggal: 16 Pavarana.
Hari Akhir Kathina = 15 Kattika;
Rujukan:
1. Gambhiro Bhikkhu & Hasapanno Bhikkhu, Calculating The Uposatha Moondays, v1.0 - 24th November 2015.2. Wikipedia. Buddhist Calendar
3. Wikipedia. Thai Lunar Calendar
Keren ih. Nyari nyari arti BE, ternyata Buddhis Era ya kepanjangannya. Mantap juga ini kalender converter nya
ReplyDeleteTks. Sila lihat juga Kalender Buddha Baru
Deletemau tanya tanggal berapa detail epoch dari perhitungan kalender Buddhis ini sendiri ? Dan gimana pula caranya konversi ke kalender Masehi. Kan percuma aja kalo bagi yang awam mau belajar bisa nyusun sistematika kalendernya tapi gak tau kalendernya itu mesti dimulai dari mana
ReplyDeletePatokan atau acuan yang digunakan oleh Kalender Suriyayatra ini (Rujukan 1) adalah tanggal 1 Magasira tepatnya pada saat bulan gelap penuh atau konjungsi pertama setelah posisi matahari bersudut longitude = 255° (7 ±1 November). Saya, dalam Kalender Buddha Baru, mengusulkan tanggal 1 Citta (tahun baru kalender Buddha) sebagai acuan yaitu konjungsi pertama bulan setelah Equinox musim semi (Sun Longitude = 0° atau 21 ±1 Maret).
DeleteAngka tahun kalender Buddha bervariasi. Indonesia memakai patokan tahun 544 SM sebagai tahun pertamanya dan angka tahunnya diberi imbuhan BE (Buddhist Era), misalnya tahun 2016 sama dengan tahun 2560 BE. Kalender Suriyayatra Thailand (Rujukan 1) menggunakan patokan angka tahun yang berbeda dengan Indonesia. Mereka menyebutnya tahun Chulasakkarat (CS), misalnya tahun 1963 sama dengan tahun 1325 CS.
Pake tahun sideris kah ?
ReplyDeleteAtau tahun tropis kyk kalender Tionghoa
Dalam Rujukan 1, dikatakan bahwa Astronomers Asia Tenggara menggunakan era 800 tahun (cEraTahun) = 292207 hari (cEraHari). Saya menyebutnya perhitungan Mahayuga yaitu 4.320.000 tahun = 1.577.917.800 hari. Keduanya menghasilkan 1 tahun kalender yg sama yaitu 1 tahun = 365.25875 hari. Jadi yg dipakai dalam perhitungan bukan sideris atau tropis.
DeleteNote:
Download saja pdf yg linknya disediakan pada rujukan 1 (ukuran file 2.4Mb).
yang saya masih bingung, kalau kita sudah tau apakah tahun tsb adhikamasa, adhikawara maupun reguler, bagaimana menentukan tanggal 1 magasira ke dalam gregorian? apakah harus dihitung posisi mataharinya terlebih dahulu?
ReplyDeleteDari Rujukan 1, patokan (epoch) yang digunakan adalah tanggal 25 November 2015 M = 15 Kattika 2015 M (atau 2559 BE).
DeleteContoh perhitungan pertama:
Tanggal berapakah 15 Kattika 2015?
Jawab:
Karena tahun 2016 adalah Adhikavara maka 25 November 2015 + 355 hari = 14 November 2016.
Pertanyaan anda bagaimana menentukan tanggal 1 Magasira menurut perhitungan Suriyayatra?
Jawab:
Dalam kasus 2016, tanggal 1 Magasira 2016 dapat dihitung dengan 15 Kattika + 16 hari (Tabel 1) = 30 November 2016.
Contoh perhitungan kedua:
Tanggal berapakah 1 Magasira 2018?
Jawab:
2016 adalah Adhikavara maka 15 Kattika 2016 = 25 November 2015 + 355 hari = 14 November 2016.
2017 adalah Reguler maka 15 Kattika 2017 = 14 November 2016 + 354 hari = 3 November 2017.
2018 adalah Adhikamasa maka 15 Kattika 2018 = 3 November 2017 + 384 hari = 22 November 2018.
Tanggal 1 Magasira 2018 = 22 November 2018 + 16 hari = 8 Desember 2018.
Demikian semoga bermanfaat.